Senin, 31 Maret 2014

surat untuk mantan.

Untuk seorang laki-laki berdarah Jepang yang pernah hadir dan yang pernah kukira bahwa akulah yang memiliki tulang rusukmu,
Hai! Apa kabar? Sudah lama ya kita tak berbincang lagi..maaf ya, ketika kamu mencoba untuk mengajakku berbincang kembali, aku tak begitu merespon kepada kata-katamu, aku sedang mencoba untuk melupakanmu, dan lihat! Sekarang aku sudah berhasil, aku sudah berhasil! Aku sudah punya kekasih baru yang sudah bisa membuatku untuk melupakanmu, aku yakin kamu pasti juga begitu! Kamu yang mengajarkan aku untuk menjadi seseorang yang tangguh didalam sikap masa bodohmu itu, makanya aku memilih untuk berdiri lagi.
Maaf ya jika kamu merasa keberatan untuk menjadi seseorang yang akan kukirim surat-surat terakhir, aku tidak bermaksud untuk menganggu ketenanganmu bersama orang yang mencuri tulang rusukmu saat ini, karena entah kenapa ada sebuah kata-kata yang mengetuk, yang memaksaku untuk menulis satu karya terakhir untukmu, dan yang sudah tergurat sangat rapi dan lembutnya di dalam benakku untuk sepucuk surat ini, bahkan, aku pun tahu bahwa kau tak akan membaca, melihatnya, mengetahui pun apalagi. Mungkin hanya sebatas kata-kata yang terpajang bebas yang kau takkan pedulikan, kita memang sudah tak pernah membuat memori-memori lagi, karena kini, kita sudah bersama tulang rusuk-tulang rusuk yang saling melengkapi.  Entah memori-memori mana yang masih dan lagi-lagi kau ingat ketika kau mendengar namaku, memori-memori itu juga tak begitu lekat lagi menempel, tapi aku tahu pasti, bahwa ada beberapa memori-memori manis yang dengan bodohnya kadang masih kukenang walau lumayan banyak, tapi tidak termasuk semua memori kan? Aku harap aku ingat beberapa dan kau juga masih ingat beberapa, semua itu normal, kan? Bahwa kita tahu lagi, kita tak akan menaruh hati kami satu sama lain kembali, karena kita tak sama-sama rasakan sakit itu, aku tak memiliki tulang rusukmu yang hilang satu. Kita tak lagi menangisi satu sama lain karena sudah tidak mungkin lagi ada memori yang perlu kita tangisi, semua sudah terjadi di hari-hari yang lalu, yang tak lagi kita mau ingat kembali.
Mungkin sepucuk surat ini hanya sebuah kata-kata yang terdiri dari memori-memori yang tiba-tiba datang, kemudian merasuk di dalam benakku. Semoga kamu tak membenci memori-memori itu, karena pernah dengan hati yang berdetak sangat kencang, kita memang sengaja lakukan itu dan kita bicarakan dengan tawa dan juga darah yang mengalir begitu kencang sehingga detak jantungku tak karuan, terkadang terlewat pandang kita yang berada di (hanya) satu gambar, tak satu keinginan pun aku ingin membukanya, “buat apa aku kenang lagi? Bodoh.”, kau pun begitu juga, kita tak akan lagi ucapkan kata-kata manis itu, buat apa? Tak satu perasaan pun.
Aku sempat menaruh hati pada seseorang yang datang dan pergi tanpa kejelasan, aku tak pernah menyesal telah menaruhmu pada hatiku, hatiku yang paling dalam. Aku cukup tahu bahwa kau pernah membuatku merasakan betapa indahnya dunia saat itu bersamamu.
Walau hanya dalam waktu yang begitu singkat..
“Kalau aku tidak mencintaimu, tidak menyayangimu, aku nggak akan balik lagi sama kamu. Aku nggak mau kejadian yang dulu terulang lagi.”
Kata-kata itu terngiang-ngiang, berputar-putar layaknya komidi putar, namun dengan entengnya saat itu kamu meninggalkanku. Kembali.
Dan saat itu aku percaya, aku tak akan menghabiskan waktuku hanya untuk mengharapkanmu kembali lagi, sudah dua kali kita habiskan kesempatan itu, namun telah kau sia-siakan. Entah pepatah-pepatah bahwa kesempatan itu tidak datang dua kali masih berlaku, aku tak akan memberlakukannya kembali karena semuanya itu hanya sebuah hal yang sudah terlalu kadaluarsa untuk dihangatkan kembali, sudah begitu dingin dan hancur.
Masihkah kamu akan mengingatku dalam lagu-lagu Sound of A Mirror dan semua lagu-lagu kesukaanmu? Masihkah kamu menyimpan foto satu-satunya kita? Karena aku tahu kita sama sekali belum pernah berfoto selain foto saat kita berekreasi dan saat itu kamu akan lulus. Akankah kamu rindu dengan kecupan manis tapi lembut itu? Akankah kamu rindu dengan tubuhku yang kau bilang empuk, sehingga kamu punya alasan untuk tidur di pahaku? Akankah kamu marah lagi padaku karena hanya masalah sepele? Akankah cintamu yang baru rela untuk bangun di pagi-pagi buta demi membangunkanmu, karena aku tahu kamu sama sekali tak bisa bangun pagi? Akankah sosok barumu melakukan semua yang pernah aku lakukan, akankah ia lebih baik atau lebih buruk dariku? Mungkin kamu juga akan rindu kan ketika aku memelukmu dan kamu juga memelukmu didalam kegelapan sambil menonton film tentang alien yang aneh itu dikamarku dan kita tertawa-tawa, mungkin kamu akan ingat tingkahku yang bersembunyi didalam selimut ketika aku pura-pura ngambek sama kamu. Iya, semua itu masih kuingat jelas, namun aku tak lagi menangisinya, aku malas menangisimu lagi, kamu seorang pribadi yang cuek yang aku tahu kamu hanya masa bodo dengan semuanya.
Aku hanya ingin meninggalkan satu buah pesan, aku mohon kepadamu, jagalah hati kekasihmu itu, jangan buat dia merasakan trauma disakitimu seperti waktu itu, cukup kamu menyakitiku saja, aku tidak mau mereka merasakan remuk-remuk menusuk yang betul-betul memancingku untuk membunuh diriku sendiri karena aku tidak kuat menjalaninya, rasa itu menjadi sebuah trauma yang kau benar-benar susah menghilangkannya.
Punyakah kamu alasan jelas untuk kembali? Karena aku tak akan temukan lagi sebuah alasan yang realistis dibalik semua alasanmu itu.
Maaf, bahwa dulu kesedihanku kadang membuatmu muak, atau keegoisanku.
Mungkin cukup segini saja dulu suratnya, datanglah ketika kau merasa kau butuh aku, aku akan  mencoba membangunkan saraf-saraf peduliku yang sempat mati karenamu. Maaf jika ada kata-kata yang cukup menyinggungmu atau membuatmu risih.
Sampai jumpa. :)


 [nb: surat ini diikutsertakan untuk  lomba #suratuntukruth novel bernard batubara]

7 komentar:

  1. "Untuk seorang laki-laki berdarah Jepang yang pernah hadir dan kukira tulang rusukku," bukankah seharusnya wanita yg adalah tulang rusuk seorang laki2? karena Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you for fixing it up! Agak nervous waktu ngetik, thank you so much for correcting my works. :)

      Hapus
    2. No problem :) keep it up! i love your blog

      Hapus
  2. Don't worry about the people in your past; There's a reason they didn't make it to your future =)

    Nice post btw, surat buat mantan paling nge-jleb yg pernah gua baca hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi, Claude. Aww, I will noted that in my mind. :)
      Hahaha, are you being serious? Woah, thank you so much!

      Hapus
  3. surat buat mantan? ehehe, rupanya kak sasha punya mantan toh. gatau aku btw, keep calm and lupakan mantan mu itu! (gatau english nya -_-) don't worry be happy kak sasha!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ...hahaha kampret, masa iye seumur hidup jones. :"
      Hehehe, siap deh!

      Hapus