"Gak usah perduliin aku, udah ya."
Percakapan kita terhenti sesaat karena kata yang menusuk itu.
Maaf, aku bukan dia.
Tapi aku bisa lebih mencintaimu dibanding dirinya.
Sayang, kau mungkin masih terjebak di masa lalumu yang indah itu.
Sayang, aku juga bukan seseorang yang bisa membuatmu tergelak.
Sayang, aku hanya diriku seorang.
Aku membiarkan segala rasa ini berkabung di dalam hatiku, menciptakan sebuah kesakitan yang tak ada ujungnya.
Aku mencintaimu, tapi rasanya mungkin aku terlalu bermimpi untuk membahagiakanmu.
Jika nanti air mataku terjatuh, aku tahu kau tak akan ada disampingku. Lagi.
Tapi aku akan selalu ada disana sayang, karena aku mencintaimu.
Mungkin Tuhan sedang tidak kabulkan doaku, atau mungkin Tuhan sedang mencoba untuk memisahkan kita dengan cara yang menyakitkan?
Tapi, aku tidak mau kehilanganmu.
Tapi aku yang terlalu bodoh, aku tidak cukup sempurna untuknya.
Mungkin, ucapakan kata 'sayang' di pesan singkat tak ada artinya untukmu, mungkin kau bersandiwara?
Aku tidak tahu pasti.
Yang kurasakan kini sepi mulai merambat di nadiku, mulai mengalunkan nada-nadanya yang menghancurkan jiwaku.
Percuma bukan jika aku hanya terus memelas untuk kesempatan?
"Untuk kamu,
aku sadar kalu aku ini nggak bisa ngasih apa-apa buat kamu
aku sadar kalau aku ini masih banyak kekurangannya buat kamu
tapi aku mohon beri aku kesempatan buat bahagiain kamu
aku janji bakal jaga kamu dan ngebahagiain kamu
semoga kita bisa bersatu sampai tua nanti
love you :)"
Janji? Janji manusia mana yang kekal?
Tapi dia tak pernah butuh untuk mengikat janji.
Karena, dia menyakitipun sudah membuatku bahagia, bahagia dalam kesakitan.
Karena setiap kata yang terucap, selalu kubaca dengan nada suaranya.
Dan dengan mendengar nada suaranya, aku sudah cukup bahagia.
Terima kasih, 25. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar